Profil Yayasan Damandiri

Yayasan Dana Sejahtera Mandiri atau disebut Yayasan Damandiri didirikan pada tanggal 15 Januari 1996 oleh HM Soeharto sebagai pribadi, yang kebetulan saat itu menjabat Presiden RI. Sebagai pendiri, HM Soeharto dipercaya sebagai ketua yayasan, dibantu oleh Prof. Dr. Haryono Suyono sebagai Wakil Ketua I, Sudwikatmono sebagai Wakil Ketua II, dan Liem Soei Liong sebagai Wakil Ketua III.

Tujuan utama yayasan adalah membangun sumber daya manusia, utamanya dari keluarga kurang mampu, dengan menempatkan yayasan sebagai wadah bagi masyarakat untuk bergotong-royong mewujudkan tingkat kesejahteraan sejati dan taraf hidup mandiri. Modal awal Yayasan dihimpun dari sumbangan yang ikhlas dari wajib pajak yang berasal dari keuntungan setelah dipotong pajak untuk membantu mewujudkan keluarga sejahtera secara merata.

Kiprah Yayasan ini diawali dengan memberdayakan Keluarga, utamanya Ibu-Ibu, yang telah menjadi akseptor KB dengan mengajak mereka bergabung dalam kelompok Usaha Peningkatan Keluarga Sejahtera atau UPPKS atau kelompok Pengetasan Kemiskinan atau Taskin yang diharapkan menjadi embrio gerakan koperasi. Melalui kelompok ini para anggota bergerak dalam berbagai program pemberdayaan keluarga Program ini dilaksanakan bersama BKKBN, Bank BNI dan pemerintah daerah. Para ibu-ibu anggota dilatih belajar menabung berupa Tabungan Keluarga Sejahtera (Takesra). Mereka yang mempunyai tabungan Takesra diberi kesempatan untuk mengambil kredit dengan bunga rendah karena disubsidi yaitu Program Kredit Usaha Kelurga Sejahtera (Kukesra). Harapannya adalah bahwa dengan kemampuan ekonomi yang lebih baik keluarga Indonesia mampu memberi perhatian yang baik pada kegiatan KB, kesehatan, dan sekolah anak-anaknya.

Yayasan Damandiri memberi prioritas pada pemberdayaan perempuan (ibu-ibu) karena sehari-hari kaum ibu bergulat mengembangkan sosialisasi anak-anaknya.

Dalam masyarakat atau keluarga miskin biasanya sumber penghasilan keluarga mengandalkan suami. Peran istri terbatas mengurus anak atau keadaan rumah tangga di rumah. Padahal keluarga kurang beruntung umumnya berpendidikan rendah. Keterampilan juga rendah. Jarang berfikir untuk jangka panjang. Dalam keadaan keluarga miskin anak-anak lebih banyak diharapkan membantu orang tua dengan kesibukan sehari-hari di rumah. Keluarga miskin tidak berdaya akibat pendidikan dan ketrampilan rendah, tidak memiliki modal dan jaringan usaha. Umumnya keluarga miskin yang hanya mengandalkan penghasilan suami, sulit bahkan tidak bisa bangkit dari himpitan kemiskinaa Dengan latihan menabung dan dukungan kredit keluarga sejahtera diharapkan seorang istri bisa bangkit membantu suami berwirausaha. Jika suami istri sama-sama berusaha, berarti menyatukan dua kekuatan yang tentu saja lebih baik dan membuka kesempatan untuk hidup lebih sejahtera.

Dalam kelompok UPPKS dan adanya bantuan kredit Kukesra, ibu-ibu belajar bersama dan membuka usaha secara mandiri. Program tersebut mendapat sambutan yang luar biasa. ffingga tahun 2002 jumlah keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I yang mempunyai tabungan Takesra mencapai lebih dari 13,6 juta keluarga dengan jumlah tabungan Takesra lebih dari Rp 250 milyar. Dari jumlah tersebut ada sekitar 10,4 juta keluarga telah mengambil kredit Kukesra dengan jumlah mencapai lebih dari Rp. 1,7 triliun.

Dalam perkembangannya, pada tahun 2001-2002 ada sekitar 21.000 sampai 25.000 kelompok yang berhasil mengembangkan usaha mandiri. Diantara mereka ada yang usahanya yang menonjol dan berkembang menjadi usaha kecil, usaha menengah, atau bergabung dalam koperasi dan relatif berhasil dengan baik. Kepada yang berhasil, dengan koordinasi Menkokesra (pada pemerintahan Presiden BJ Habibie) diberi kesempatan mengambil kredit bara yaitu Kredit Pengembangan Kemitraan Usaha (KPKU), Kredit Taskin, dan skiin kredit lain yang dikelola bersama dengan berbagai departemen dan instansi daerah.

Untuk melanjutkan kebutuhan masyarakat yang makin meningkat, khususnya melayani kelompok-kelompok yang makin mandiri tersebut, Yayasan Damandiri menyalurkan skim kredit baru bernama Pembinaan Usaha Keluarga Sejahtera Mandiri atau Pusaka Mandiri (Pundi) dan Kredit Sudara Kredit tersebut adalah kredit bidang usaha, perluasan usaha, peningkatan kemampuan manajemen, pemasaran, dan petigembangan modal. Oleh karena itu kredit ini diutamakan untuk kelompok atau perorangan yang dinilai berhasil memanfaatkan kredit Kukesra atau skim kredit lainnya Sampai tahun 2007 jumlah peserta kredit Pundi dan Sudara telah mencapai lebih dari 250.000 nasabah dengan jumlah dana bergulir sebagai modal awal sebesar Rp 827,8 milyar. Kedua jenis kredit dengan bunga pasar dan subsidi bunga untuk kelompok tertentu tersebut disalurkan melalui 44 bank mitra Yayasan, yaitu 2 bank umum, 12 Bank Pembangunan Daerah, dan 30 Bank Perkreditan Rakyat.

Dalam bidang kesehatan, Yayasan Damandiri memberikan bantuan berupa anjuran kepada lebih dari 100 Pemerintah Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota untuk memberikan perhatian dan komitmen terhadap pembangunan mutu sumber daya manusia melalui ceramah pencerahan, anjuran untuk membangun dengan menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan, dan mengajak bidan kembali ke desa. Ajakan kepada bidan kembali ke desa itu disertai dukungan kredit mikro untuk bidan desa melalui bank mitra. Dengan membawa bidan kembali ke desa diharapkan perhatian pemerintah daerah dan masyarakat akan kesehatan ibu dan anak bertambah tinggi. Dengan perhatian yang makin tinggi itu bidan di pedesaan tidak hanya melayani masalah persalinan saja tetapi juga semua aspek kesehatan ibu dan anak. Untuk membantu tugas itu Yayasan Damandiri memberikan kredit untuk menyelesaikan syarat sertifikasi bidan praktek dan modal untuk penyediaan obat-obatan dan peralatan praktek yang berkulaitas di pedesaan. Dengan bantuan kredit itu, bidan di desa bisa mengikuti pendidikan sesuai dengan tuntutan kualifikasi yang dipersyaratkan dalam profesi kebidanan, membuka praktek di desa, dan akhimya betah tinggal di desa walaupun berada di daerah terpencil. Hingga awal tahun 2007, Yayasan Damandiri telah memberikan bantuan dan kredit kepada sekitar 4.000 bidan di desa.

Dalam bidang pendidikan atau pengembangan SDM, Yayasan Damandiri mengembangkan kerjasama dengan lebih dari 30 Perguruan Tinggi di Indonesia. Kerjasama awal dilakukan dengan membantu mahasiswa anak keluarga kurang mampu yang telah memasuki semester ke 7 atau ke 8 untuk segera menyelesaikan kuliahnya dengan mengganti biaya SPP mereka agar dana yang mereka miliki dapat dipergunakan untuk keperluan lain yang biasanya meningkat menjelang masa akhir kuliah. Selama tiga tahun setiap perguruan tinggi mendapat jatah bantuan SPP untuk 50 - 100 mahasiswa kurang mampu dari Yayasan Damandiri. Setelah timbul pengertian yang mendalam tentang pemberdayaan dan peningkatan mutu SDM dengan berbagai perguruan tinggi tersebut, Yayasan Damandiri mengajak PT mitra untuk bekerja sama mengembangkan mutu anak-anak didik pada 200 Sekolah Menengah Atas (SMA) di 100 kabupaten/kota. Metoda yang dipergunakan adalah mengembangkan SMA yang kualitasnya biasa-biasa saja itu menjadi SMA Unggul yang diukur dari kualitas siswanya. Pada setiap sekolah yang terpilih, 10-20 guru dan kepala sekolahnya diberikan kesempatan untuk magang di sekolah yang dianggap unggul.

Disamping itu pada setiap sekolah dipilih 20 - 60 siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu untuk diberikan pelatihan keterampilan dan dititipkan untuk magang pada pengusaha di sekitar sekolah. Kepada pengusaha yang bersedia dititipi siswa magang anak keluarga kurang mampu diberikan pinjaman modal usaha bergulir Rp 500 ribu/siswa. Disamping itu, untuk menunjang kegiatan akademik, setiap sekolah dianjurkan mengembangkan perpustakaan virtual dengan mengjrim pengurus perpustakaan sekolah untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Yayasan Damandiri. Setelah latihan dan ada kesediaan untuk mengembangkan perpustakaan, setiap sekolah diberikan bantuan perangkat komputer dan buku-buku ketrampilan untuk kegiatan pelatihan lifeskills. Melalui upaya ini diharapkan mutu akademik dan keterampilan anak-anak akan meningkat. Kenaikan mutu akademik dan keterampilan siswa yang lulus merupakan indikator keberhasilanya atau keunggulan sekolah yang dikembangkan. Siswa sekolah unggul yang berkembang tidak menganggur, karena dapat melanjutkan sekolah ke PT pavorit atau bekerja atau menjadi wiraswasta.

Keberhasilan usaha ini adalah karena adanya kerjasama Yayasan Damandiri dengan Perguruan Tinggi ternama membina SMA yang dikembangkan menjadi SMA Unggul. Dalam kerjasama ini para mahasiswa S-l dari keluarga kurang diberikan bantuan SPP untuk bersama dosennya membimbing siswa-siswa dari program SMA Unggul. Untuk merangsang perhatian dan pemikiran yang memihak kepada upaya pemberdayaan sumber daya manusia dan pengentasan kemiskinan, kepada mahasiswa pascasarjana Yayasan Damandiri menyediakan hadiah bagi Tesis atau Disertasi yang memenuhi syarat dan terbaik tentang pemberdayaan sumber daya manusia, penanganan masalah sosial pada umumnya dan pengentasan kemiskinan. Hadiah yang disediakan besamya antara Rp 5.000.000,- sampai Rp. 50.000.000,- untuk setiap mahasiswa, yang setiap tahun disediakan untuk 200 mahasiswa.

Untuk menjamin partisipasi yang aman dan mantab, kepada para peserta program, Yayasan Damandiri, bekerjasama dengan Perusahaan Asuaransi Bumi Putera dan Bumi Putera Muda (Bumida), dijamin dengan asuransi kecelakaan. Asuransi itu adalah Asuransi Usahakoe yang diberikan kepada lebih dari 100.000 nasabah Kredit Pundi dan Sudara yang disalurkan oleh Yayasan Damandiri kepada Bank mitranya. Kepada sekitar 4.500 orang tua keluarga kurang mampu dari siswa SMA terpilih disediakan Asuransi Siswakoe atau asuransi pendidikan agar apapun yang terjadi pada orang tuanya anak mereka tetap menyelesaikan sekolah secara tuntas. Untuk merangsang semangat pembangunan kepada para wartawan, mitra kerja Yayasan diberikan, diberikan juga asuransi kecelakaan yang memadai. Asuransi Usahakoe atau Siswakoe memberikan jaminan kecelakaan kepada pelaku usaha Kredit Pundi dan Kredit Sudara dan orang tua siswa Mitra Yayasan Damandiri. Bagi nasabah yang mengalami resiko meninggal dunia akibat kecelakaan akan mendapat bantuan untuk keluarganya sebesar Rp 5.000.000,-ditambah sumbangan pemakaman Rp 1.000.000. Nasabah yang mengalami resiko cacat tetap akibat kecelakaan akan memperoleh bantuan setinggi-tingginya Rp 5.000.000.

Sebagai upaya pemberdayaan keluarga dan pembangunan manusia untuk mencapai sasaran MDGs yang telah dicanangkan pemerintah, sekaligus sebagai ajang pelatihan untuk para mahasiswa dan siswa yang mengikuti program Yayasan Damandiri, mulai tahun 2007 dikembangkan program pemberdayaan tingkat pedesaan melalui Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Posdaya adalah forum kebersamaan yang anggotanya diharapkan mengambil prakarsa dan melakukan kegjatan nyata memberdayakan dan membangun SDM dalam lingkungannya, yaitu RT, RW, dukuh atau dusunnya. Upaya pembangunan ini diarahkan untuk memperkuat ketahanan dan kemampuan peran keluarga dalatn melaksanakan 8 fungsinya, yaitu fungsi keagamaan, fungsi budaya, ftmgsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi atau wirausaha, dan fungsi lingkungan.

Program yang berkelanjutan ini disambut baik oleh berbagai kalangan terkait. Walaupun masih seumur jagung, Posdaya tumbuh subur di berbagai daerah. Pemerintah pusat dan daerah, perguruan tinggi, perbankan, lembaga-lembaga terkait lainnya, serta masyarakat luas menyambut baik kehadiran program ini. Mereka seolah berlomba mengembangkan Posdaya dengan ciri khas daerahnya masing-masing.

Untuk lebih memperkuat pengembangan Jaringan Posdaya ini secara global, Yayasan Damandiri mendirikan Nasional and Internasional Strategic Cooperation and Training on Social Development. Lembaga ini dikembangkan sebagai fonim dari Yayasan Damandiri untuk mengajak dunia intemasional bersama-sama mengembangkan sumber daya manusia dengan menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan. Forum itu sekaligus menjadi wahana untuk merancang dunia yang pemih dengan kesejukan karena suasana keakraban dan perdamaian antar bangsa.

Dengan niat yang luhur dan melalui berbagai program itu Yayasan Damandiri selalu terbuka dan sangat ingin bekerja sama dan membangun manusia tanpa pandang bulu. Manusia Indonesia yang bermutu merupakan modal awal yang sangat berharga dalam pembangunan keluarga sejahtera yang secara mandiri akan menyelesaikan kemiskinan dan membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera, Yayasan Damandiri optimis bahwa dengan kerjasama dan kerja keras semua hambatan akan bisa diatasi dan cita-cita masyarakat yang adil dan makmur dapat diraih bersama

1. Bidang Kewiarusahaan
Kemiskinan adalah masalah kompleks yang dihadapi masyarakat yang harus diselesaikan oleh masyarakat sendiri dengan dukungan pemerintah. Masyarakat atau keluarga miskin biasanya mempunyai tingkat kesehatan yang rawan, tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah dan mengandalkan kehidupan sehari-harinya pada penghasilan suami semata. Apabila isteri berperan, peranan itu terbatas pada mengurus anak atau urusan rumah tangga lain di rumah. Apabila isteri ingin membantu suami bekerja di luar rumah biasanya terkendala tidak dimilikinya ketrampilan dan tnodal kerja. Kendala itu menjadikan usaha untuk melepaskan keluarga dari lembah kemiskinan sulit untuk dilaksanakan. Oleh karena itu Yayasan Damandiri mengembangkan konsep pemberdayaan keluarga dengan titik berat pada kaum perempuan. Upaya yang dilakukan memberi kesempatan pada para istri untuk bangkit dan membantu suami berwirausaha. Jika suami istri berusaha bersama-sama, diharapkan bisa menyatukan dua kekuatan yang lebih kuat dibandingkan hanya mengandalkan kekuatan suami saja.

Melalui pendekatan itu banyak kaum ibu telah berhasil mendongkrak ekonomi keluarganya. Mereka bermitra dengan perbankan untuk memanfaatkan kredit mikro (Kredit Pundi dan Sudara) dari bank mitra Yayasan Damandiri. Bantuan kredit yang didukung kerja keras terbukti bisa membantu keluarga yang tertinggal keluar dari himpitan ekonomi keluarga dan menjadi keluarga sejahtera. Keberhasilan itu sekaligus menunjukkan bahwa melalui pemberdayaan yang terarah kaum perempuan bisa memiliki peran ekonomi dalam pembangunan keluarga sejahtera.

2. Bidang Kesehatan
Dengan keberhasilan pembangunan bidang KB dan Kesehatan selama tigapuluh tahun terakhir ini, usia harapan hidup bangsa Indonesia meningkat dengan drastis dari di bawah 50 tahun menjadi diatas 65 tahim. Namun angka ini masih rawan dan bisa dengan mudah turun kembali karena tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan masih tinggi, angka kematian anak dan bayi tinggi, dan beberapa penyakit menular mengancam kesehatan rakyat. Perlu dilakukan upaya terus menenis dan terpadu agar angka kematian ibu hamil dan melahirkan tersebut segera bisa diturunkan Demikian pula rakyat di pedesaan perlu dibantu untuk memelihara kesehatan dan melakukan pencegahan penyakit menular dengan benar dan berkelanjutan. Dimasa lalu program pencegahan berbagai penyakit itu dilakukan dengan penyediaan bidan terlatih di pedesaaa Karena itu program ini perlu disegarkan (direvitalisasi) agar keluarga di pedesaan mendapat dukungan yang diperlukan. Para bidan di desa dituntut mengembangkan program preventif dan membantu ibu hamil dengan gizi yang baik dan membantu persalinan dengan pelayanan sedekat mungkin dengan tempat tinggalnya dan sekaligus memelihara kesehatan bayi dan bayinya.

Menyadari hal itu Yayasan Damandiri merangsang tumbuhnya Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di pedesaan dan merangsang bidan untuk kembali ke desa menampung pelayanan yang dimotivasi oleh Posdaya tersebut. Untuk menarik minat bidan kembali ke desa atau membuka praktek mandiri Yayasan Damandiri memberikan bantuan kredit mikro untuk bidan desa melalui bank mitra.

3. Bidang Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk kita sangat rendah. Upaya untuk mengajak anak muda dan remaja mengikuti pendidikan setinggi-tingginya masih dihadapkan pada berbagai masalah. Wajib belajar sembilan tahun belum dapat diselesaikaa Wajib belajar ini secara tidak langsung membawa dampak negatif, seakan-akan wajib belajar hanya sembilan tahun saja Pendidikan penduduk cukup hanya sembilan tahun, akibartnya partisipasi pendidikan pada tingkat SMA masih sangat rendah. Salah satu masalah yang dihadapi tamatan SMA adalah kualitasnya rendah, tidak dapat meneruskan kuliah, dan menganggur. Untuk meneraskan kuliah sulit karena tidak mampu atau miskin. Dengan ijazah SMA tanpa keterampilan, karena tidak mendapat latihan ketrampilan selama sekolah, sukar mendapatkan pekerjaan yang menguntungkan. Kalau memiliki ijazah SMA dan dipaksakan bekerja akan diperoleh pendapatan yang kecil. Pendapatan tersebut tidak seimbang dengan biaya yang harus dikeluarkan suatu keluarga untuk menyekolahkan anaknya.

Untuk membantu mengatasi masalah kompleks tersebut Yayasan Damandiri mengembangkan model program SMA Unggul. Model SMA Unggul mulai dikembangkan pada sekitar 200 SMA di 100 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. SMA yang dikembangkan bukan yang terbaik di kabupaten atau di kotanya, tetapi SMA Negeri atau swasta biasa yang prestasinya biasa-biasa saja Sebanyak 10 sampai 20 guru dan Kepala Sekolah dari setiap sekolah yang terpilih diberi kesempatan untuk magang di sekolah lain yang dianggap unggul. Kepada guru dan Kepala Sekolah yang magang ditugasi untuk menyerap ilmu dan cara-cara mengajar yang baik dan menghasilkan anak-anak didik yang unggul dalam bidang akademis. Pada setiap sekolah terpilih, kepada siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu diberikan pelatihan keterampilan dan sesudah sekolah dititipkan pada usaha-usaha ekonomi produktif di sekitar sekolah. Penitipan itu disertai dengan modal bergulir untuk pengusaha yang bersedia menjadi pendamping sebanyak Rp. 500.000,-. Targetnya adalah bahwa setelah lulus mereka bisa bekerja dengan baik karena pengalaman selama masa magang tersebut. Dengan cara tersebut para lulusan mendapat pelajaran dengan mutu yang lebih baik dan setelah lulus memiliki kemampuan akademis yang tinggi dan juga keterampilan sebagai bekal untuk hidup mandiri di masyarakat.

DAMANDIRI FOUNDATION

DANA SEJAHTERA MANDIRI Foundation was established on January 15, 1996 by the Board of founders comprising of the former President Soeharto, in his personal capacity, Mr Sudwikatmono, Mr Liem Soe Liong and Professor Dr Haryono Suyono. The vision of DAMANDIRI is to develop human resources through the eradication of poverty in Indo-nesia, empowering the community, families and indi-viduals towards sustained self-reliance.

BREAKING THE POVERTY CHAIN
It was in 1996 when Professor Dr HaryonoSuyono, then as Chairman of BKKBN, issued an executive decision to institutionalize the Family Registration System. This registration categorizes all Indonesian families into five welfaregroups, i.e. Pre-prosperous, Prosperous Stage, Prosperous Stage 2, Prosperous Stage 3, and Prosperous stage 3+. The categorization included measurements in their physical features, in economic, in spiritual as well as aspiration variables. With these categories apropriate intervention variables are identified for each and every individual poor family in the country, by names and adresses.

Convinced that poverty alleviation is a national and even more so, a global concern, DAMANDIRI alligns itself with other stakeholders with similar aims, both at the national as well as in the international arena. DAMANDIRI is egually convinced that poverty and its alleviation are community and location specific. Therefore DAMANDIRI advocates for local community empowerment with strong facilitation from concerned stakeholders.

DAMANDIRI AND INCOME SECURITY
At the national level OAMANDIRI alligns with local/district governments and with local banking system, particularly those operating in small rural areas. A case in point is the local market at the city of Karanganyar, Central Java (Bank Pasar Karanganyai). With the local government, the goal of the alignment is to obtain their commitment to the noble efforts in poverty alleviation and in improving the human resources for further development. This, among others is done through credit and micro-credit schemes for small and medium businesses, and loans to the village midwives to broaden their clientele base for family-maternal-child health services.

Alignment with the banking system is also done with provincial development banks and "savings and loan associations" (Bank Perkreditan Rakyat = BPR). In so doing DAMANDIRI places itself as collateral to the BPR. The principle is local community group participation; the larger and more groups participate, the speedier povertyalleviation.

DAMANDIRI AND THE EDUCATIONAL SYSTEMS
DAMANDIRI also collaborates with numerous state and private universities, forthem to give guidance and facilitation to families in the vaccinity of those universities to embark on small home industries. This is one avenue to provide employment opportunities for school dropouts in local communities, secondary school or graduates who are unable to continue to higher learning. Thus, another approach to breakthe poverty chain in the community. The partner universities are also encouraged to provide knowledge and skills enhancement to model secondary schools, in order to enhance guality education to the secondary schools. Important to highlight is the three principles DAMANDIRI holds in its contribution to the education sector, i.e. (i) to expand universal education opportunities to the general population, especially to the poor and girl-children of the poor; (2) to keep those children in the school-system over extended period; and (3) enhancing the guality of the educational systems.

DAMANDIRI embarks in a large scheme to provide scholarships to promising children of the poor so that they areable to complete secondary schooling. To those who are unable to continue to higher education, they are given skills training and small loans to assist them earn decent living and trade.

MDGS AND THE EIGHT FUNCTIONS OF THE FAMILY
Indonesia has since the mid-1980's formulated the history-old credo that there are eight functions of the Indonesian families in the overall social fabric. Those functions are:

  1. Religiosity function,
  2. Social function,
  3. Love and affection,
  4. Sanctuary to every member of the family,
  5. Reproductive and family health,
  6. Education function,
  7. Economicfunction,
  8. Preserving the environment,

Carrying those functions to the family's daily life will assuredly enhance their betterment and wellbeing. Yet, one should also recognize that in the present conditions of community life, the dire need for support and nurturing of the authorities are tangible.

In essence, the fulfillment of those eight functions percolates into family involvement and participation in local community social development This is one of the obsessions of DAMANDIRI.

EDUCATION AND HEALTH: TOWARDS PUALITY HUMAN RESOURCES
It is the conviction of DAMANDIRI that whereas focusing on poverty alleviation is essential, other efforts to enhance the quality of human resources in Indonesia are of no less importance. In this, DAMANDIRI has numerous programs. First deserving mention is fellowship to final semester less-privileged college students to finish their education and to write their thesis. To earn this fellowship the students are assigned the task as facilitators to small loan recipients and to teach them practical managerial skills. In turn, the experiences gained by those students can be written as their thesis and are then made available for wide disseminaton.

As earlier mentioned fellowships are also given to less-privileged high school students to learn specific trade and skills should they fail to continue to higher education.Funds arealso provided forteachersto improve teaching skills in internship program at a model high school. On a different track DAMANDIRI in collaboration with Ikatan Bidan Indonesia (Indonesian Midwives Association)and provincial developmentbanks, provide professional loan to private practicing midwives, especially in rural areas. In addition those midwives are given periodic skills upgrading through workshops and seminars.

THE POSDAYA PROGRAM:

Family empowerment for Sodal Development at the grass roots In the early 1980'$ Indonesia initiated the POSYANDU, integrating FP/RH services with Family Health, including Nutrition and immunization programs. POSYANDU was jointly undertaken by BKKBN, Ministry of Health, Ministry of Interior, PKK, Ministry of Cooperative, Ministry of Agriculture. Which later involved other government agencies and major NGOs. POSYANDU became the major feature of the Indonesian FP/RH program, attracting the attention of the international communities. It was most unfortunate that with the onset of the Indonesian monetary and socio-political crisis the POSYANDU declined and became want in many areas of the nation. Hence, the present emphasis in revitalizingthis integrated program.

Participating actively in this intensification scheme, DAMANDIRI carries the idea further into embracingthetargetgroupsandthebeneficiariesofthe presentschemetoall sementsofthepopulation. Thus, came the inception of the POSDAYA (Pos Pemberdayaan Keluarga = Integrated Post for Family Empowermentl. This new integrated grass roots post provides services for those in-need and a forum for participation and empowerment for expectant mothers, infants and children, school-going children and youth and adolescents, parents, and the elderly. This is a local community movement and empowerment.

JOINING THE DEVELOPMENT MAINSTREAM
With all of the above DAMANDIRI is continuously endeavoringtoplacethemajorityoflndonesianfamilies and human resources into the mainstream of develop-ment. This is done through establishing the Indonesian Institute for Human Development (IIHD) housed at the Airlangga University in Surabaya. Similar arrangement will also be made with the Bogor Agricutural Institute. As things stand todate DAMANDIRI is networking more than 22 state and private universities in the country.

CAPACITY ENHANCEMENT IN SOCIAL DEVELOPMENT
DAMANDIRI's obsession to empower all seg-ments of the society and all members of the families is also manifested in the setting-up of the Center for National and International Training and Cooperation in Social Development. This center endeavors to enhance the capacity of all categories of providers and beneficiaries to participate in the great, complex and global effort of social development.

NETWORKS AND NETWORKING
An important highlight is that DAMANDIRI places high priority on forging partnership with national and international institutions endeavoring similar goals. In the national scene links are nurtured with the Coordianting Ministry for People's Welfare, Ministry of Health, Ministry of Interior, State Ministry for Women Empowerment, BKKBN, to mention some examples. Special cooperative arrangements are established with Provincial and Municipal/Regency governments, and with national and local banking communities. With the NGOs collaborative links are forge with The Family Welfare Movement (PKK), the White Ribbon Alliance (APPI), YKB (Kusuma Buana Foundation). In the international spheres links are maintaained with AUICK, ICOMP, PARTNERSIN POPULATION AND DEVELOPMENT, UNFPA, UNDP, and various others. This partnership place Indonesia in the global arena of human resources development.

DAMANDIRI'S ORGANIZATIONAL ARRANGEMENT
The DAMANDIRI foundation is Chaired by the former President Soeharto. The Vice Chairman is Professor Dr Haryono Suyono, the former Coordinating Minister for Peoples's Welfare and Minister for Population and Chairman of BKBN. The Foundation's Secretary is Mr Subiakto Tjakrawerdaya, former Minister for Cooperatives and Small and Middle Enterprises. The foundation is manned by able and professional staff, and is housed at the following address:

DAMANDIRI FOUNDATION
Granadi Building, 11 Floor, Jl H rasuna Said Blok X - Kav, 8- 9, Kuningan South Jakarta 12950 - Indonesia
Phone (62 21) 2524981. 2524984, 2524985, 5279606
Web Site: www.damandiri.or.id
Email : [email protected]
Fax : (62 21) 2524980

Tag: Pemilu, Demokrasi